In My Mind

But I do know what it is like to lose somebody who had absolutely no business dying. And to not have a chance to say goodbye. And be disgusting with people for just walking down the street like the world is the same place. That if you've just done something different he still might be here. So you can keep on struggling and get both yourself killed. And that will be your fault. Or you can let go and let your self lives.




(Jules Callaghan - Flashpoint Season 2 Episode 15)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

I Need a Pause

Setelah kepergian papa, semua orang (kecuali keluarga inti) seakan berhenti bicara tentang beliau. Mereka takut akan membuka luka kami, takut salah bicara dan membuat kami tambah sedih.


Padahal saya ingin mereka tetap bicara tentang papa. Tentang bagaimana dia berinteraksi dengan yang lain, tentang kesukaannya, tentang pendapatnya, tentang hal yang menyebalkan tentang dia, tentang apa saja. Kadang-kadang saya berpikir semua orang akan melupakan dia. Semua akan baik-baik saja seakan dia gak pernah ada. I know everything is gonna be alright. But sometimes I need to talk about him, maybe I'll cry, maybe I'll laugh, that doesn't matter. Because when everyone stop talking about him I'm affraid I'll forget everything about him. Terbangun di malam karena sadar saya hampir lupa bagaimana suaranya itu menyedihkan. Spending the rest of the night crying is nothing as long as I can remember everything about him.


Tapi saya sadar, bagi orang lain hidup mereka terus berjalan. Hidup kami pun akan dan harus terus berjalan. But sometimes I need a pause to remember him.


Ahhh life...
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Its been 7 months. Not even a single day passed without thinking about you Dad. We'll be strong here, don't worry. :)
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Apapun yang dikatakan orang, menyia-nyiakan waktu dsb tapi menemani papa dari sakit, meninggal sampai mengurus segala surat-suratnya adalah satu hal yang TIDAK AKAN PERNAH saya sesali. Saya tidak perlu penghargaan orang, rasa kasihan orang dll.



.
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Donghae Thanks To

My fave Kpop Idol Super Junior launched their 6th album "Sexy, Free & Single". The one that catched my attention is Donghae "Thanks To". I'm glad that someoe translate it for us. Lee Donghae's father passed away in 2006 because of cancer. Yes, similar to my story. And everyone know how much he love his father. And as a person who have the same experience, reading the thanks to made me cry. So I decided to share to you.


Super Junior Lee Donghae's "Thanks to"

Dear father… 
It’s already our 6th album father^^ 
It’s something I realize everyday, but time really does fly…I’m already 27 years old ^^ 
I wonder how you’d be like if you were still alive?? I imagine it everyday!~ 
You would have a lot of white hair growing out, more wrinkles on your face, and I think you would’ve gained more weight ^^ 
hehe I wonder if I’m becoming more like you as I grow? When I was still little, everyone used to say that we looked very alike when we walk around holding
hands… hehe 
I’ve changed this much and I wonder how much you’ve changed, I miss you, and I want to hug you ^^ 
Sometimes I miss you so much that I think about you and wish that you would appear in my dreams tonight! You’re not sick but healthy right??
(I’m) Going around from one place to another in this world and working hard, so don’t worry !! 
Even in the future,I will be a son who will work harder and not feel down/ exhausted but go further. Thank you for being by my side, holding my hand and
keeping me in your arms!!^^ 
As usual, what I say today while looking at a picture of you… ” I love you father!!”

Translate by @teukiebiased

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Dear Dad

Last night I dream about you Dad.
We are all in the airport, taking you to Balikpapan. You look healthy, happy, exactly what I remember about you before that cancer happen. And then I realize it's 26 June, means that it's already 5 months since you gone to heaven.
I will think that it is your way to tell me (us) that you're happy in heaven. And tell us to stop crying and missing you that much.

Dear daddy, happy 5 months in heaven. I promise we all will meet again. In God's time.




With love ,


Your forever little girl. ♥




Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Happiness is Simple

Melihat baju yang tiba-tiba ada jahitan kecil itu rasanya sejuk. Karena saya bahkan tidak tahu itu bolong tapi pembantu saya melihat dan tanpa diminta langsung dia perbaiki. Ahhh. The beauty of having the same maid for 25 years (even longer than my age).


Thank you De. :)
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Turut Berduka Cita

Maaf ya kalau akhir-akhir ini cerita blognya sedih terus. Ini karena saya mau mengingat dengan detil tentang papa saya. Oh ya, sampai sekarang saya masih nyebut papa bukan almarhum papa/arwah papa. 

Dari 26 Januari sampai saat ini masih terus mengalir ucapan turut berduka cita. Dari keluarga, sahabat, teman lama dll. Dan selalu saya jawab dengan template "Makasih ya, sekarang papa sudah tenang di surga. Maafin kalo ada salah". Turut berduka cita saya anggap ucapan yang wajar sampai suatu saat mama saya terima telepon dari sepupu saya yang bilang turut berduka cita dan mama jawab."Turut bersuka cita aja, om sudah gak sakit lagi sekarang. Sudah kembali ke rumah Bapa di surga

Gila rasanya kayak ditampar dengar ucapan mama. Bukan salah yang ngasi ucapan sih. Tapi salah saya yang mengartikannya. Mama benar, walaupun sakit banget tapi bukan saatnya kita berduka cita yang ada harus bersuka cita. Papa saya sakit bertahun-tahun, di akhir itu menderita banget. Sekarang dia sudah Tuhan lepaskan sakitnya (sesuai doa saya). Papa meninggal tanpa penyesalan. Tanpa penyesalan buat papa dan tanpa penyesalan buat kami. 

Papa meninggal setelah berjuang keras melawan sakit (sejuta macam terapi dan obat), papa meninggal setelah berpasrah pada Tuhan (doa, novena, rosario, sampai puncaknya Sakramen Perminyakan), papa meninggal setelah dia sempat bilang dia cinta istri dan anak-anaknya luar biasa.

Untuk kami pun semoga tidak ada penyesalan. Papa meninggal setelah berjuang bersama kami mencari segala jenis pengobatan, papa meninggal setelah menyelesaikan kewajibannya (memberikan ilmu buat anak-anaknya dan memastikan keuangan kami tidak terganggu setelah dia pergi), papa meninggal setelah kami semua minta maaf dan  bilang kami cinta padanya, papa meninggal di tangan saya dan mama (diiringi doa dari kakak dan adik di tempat berbeda).

Tanpa maksud apapun, kepergian papa ini memberikan kelegaan besar buat saya. Karena terus terang sakit papa menghabiskan energi kami semua terutama mama. Mama yang dulunya aktif mengurangi drastis segala kegiatannya menghabiskan waktu keliling kota mencari obat-obatan yang disarankan semua orang, menghabiskan waktu berpikir makanan apa yang menimbulkan selera sekaligus tidak memicu gejala sakitnya, waktu tidur mama berkurang drastis karena selalu terbangun tiap malam memastikan papa tidak merasa sakit di perutnya. Tidak hanya papa yang berkurang drastis berat tubuhnya sampai 15kg, mama pun secara tidak langsung menjadi semakin kurus karena memikirkan dia. 

Kepergian papa buat saya sekaligus memberikan kelegaan bagi papa sendiri. Selama ini dia selalu merasa merepotkan mama dan kami anak-anaknya. Papa pernah bilang ke mama "gimana ini, suamimu tambah kurus, sakit-sakitan gak bisa ngapa-ngapain" while mama dengan hati besarnya bilang "sakitnya kan sekarang aja pak, Tuhan lagi kasih sakit. Nanti kan kalau udah sembuh balik lagi kayak semula". Saya juga ingat gimana papa dengan hebohnya ngingetin saya harus makan enak waktu nungguin di rumah sakit sementara dia sendiri berjuang keras melawan sakit sekaligus berjuang keras memaksakan beberapa sendok makanan masuk ke mulutnya.

Apa yang berubah sejak kepergian papa? Saya jadi sering menangis atau bisa dibilang tiap hari nangis. Saya ingat waktu awal-awal papa pergi saya berusaha keras sesedih apapun atau sederas apapun air mata mengalir saya gak akan "nyebut-nyebut" nama papa. Karena orang bilang "kalau dipanggil terus nanti jalannya ke surga gak lapang. Nanti dia akan berhenti herus". Gimana saya sekuat tenaga merapal mantra "Papa abis ini kita pulang ke rumah bentar ya, papa di Misa- in dulu, papa ketemu adik-adiknya dari luar kota dulu, terus kita ke makam abis itu papa jalan terus jangan berhenti. Kita baik-baik di sini".

Salah satu teman papa yang melayat bilang kalau kesedihan gak akan cepat hilang justru terasa setelah beberapa bulan. Dan itu benar banget. Setelah 2 bulan papa pergi, rasa kangen itu luar biasa rasanya. Saya hampir nangis beli mie goreng yang lewat karena setiap beli mie seperti itu papa selalu bilang "mie kere" (padahal beli yang mahal juga ogah dia :D). Di tukang sate teringat papa yang selalu beliin sate kalau adik saya gak enak badan. Di warung rujak cingur keingat papa yang selalu beli rujak cingur kalau ke Surabaya. Lima hari di Surabaya berarti 5 porsi rujak cingur berbagai versi. Saya menangis di gereja karena teringat papa yang bilang ke mama "Kalau kamu dikasi Tuhan kekuatan bisa doain/nyembuhin orang sakit dipakai ya bu". Saya nangis waktu terima sms banking (ya, no.papa sekarang saya yang pakai) terima pensiun/bulan atau hak-hak papa yang lain. Saya nangis karena biarpun dia sudah pergi, kewajibannya dia ke keluarga tetap dia laksanakan.

Mengutip doa dari Puji Syukur :

Kami yakin bahwa hidupnya hanyalah diubah, bukannya dilenyapkan ; dan bahwa suatu kediaman abadi kini tersedia baginya di surga. Didasari oleh keyakinan ini, semoga dalam menghadapi maut yang tak terelakkan kami tidak lagi merasa takut, karena sungguh-sungguh didukung oleh harapan akan hidup abadi yang Kau janjikan kepada kami.


*balik nangis lagi*

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

One Last Chance

Sejujurnya sudah lama sekali gak beli novel tentang cinta-cintaan. Novel terakhir yang dibeli Antalogi Rasa-nya Ika Natassa. Selain itu lebih suka buku-buku tentang perjalanan semacam The Journeys, Life Traveler dll. Sampai teman saya Stephanie Zen mengeluarkan novel baru. Ini anak produktif amat yak, banyak banget novelnya. Dan dengan bangga saya katakan bahwa saya punya SEMUA (eh kecuali novel yang diterbitkan untuk anak SMP itu ya). 

Agak bosan sebenarnya dengan novel tema cinta-cintaan itu karena kadang terasa "nanggung", lucu enggak, romantis enggak. Eh tapi kalo mau novel romantis coba novel punya ci Rina Suryakusuma (ini mah romantis abesss). 

One Last Chance ini mengusung tema yang tergolong standar. Cinta. Lebih tepatnya cinta seorang penulis novel. Dan saking ajaibnya, penulis novel ini Adrienne menuangkan semua kisah cintanya yang tragis dalam novelnya, dengan nama dan peristiwa sebenarnya. Karena prinsipnya "Tak boleh ada patah hati yang tak menghasilkan royalti".  Sampai dia bertemu seorang cowok yang menurutnya too good to be true. Adrienne mengira akhirnya dia bisa menulis cerita yang happy ending. Namun perkiraannya salah, karena seseorang di masa lalunya memberitahu cowok itu prinsip menulis Adrienne.

Yang membedakan novel ini dari yang lain adalah, kalimat-kalimatnya yang quotable alias bisa banget diquote *mbuletisasi istilah*. Saya sudah kenal Stephanie lama. Berapa tahun ya? Dari 2006/2007 kalo gak salah. Dan walau bisa dihitung jari sebelah tangan intensitas pertemuan kami tapi kalau di dunia maya sih intens bener. :D Selalu kagum setiap dia mengeluarkan novel baru. Dari Anak Band (eh bener ya judulnya) sampai ke One Last Chance ini ketahuan banget gaya nulisnya berkembang. Jadi jauhhhh lebih bagus dan smooth. Cara dia mendeskripsikan peristiwa itu bagus. Gaya penulisan dia di teenlit dan metropop berbeda banget. Seperti yang Raditya Dika bilang bahwa ia bertumbuh bersama pembaca, Stephanie juga begitu. Pengaruh umur kali ya (awas dijitak). :D

Ah mbulet, jadi cerita apa ini. Mari kembali ke novelnya. Pengen nulis resensinya, tapi takut jadi spoiler. Jadi saya ceritain lewat potongan kalimat-kalimat favorit saya aja ya :)

Lucu sekali, betapa banyak orang yang memanggil kita dengan nama yang sama, tapi hanya satu orang yang bisa membuatnya terdengar istimewa. 
There are three things in the world that once you lose it, you will never get it back : virginity, respect and trust. 

Jangan bilang pasrah, tapi berserah. Kalau kita pasrah tidak tahu pasrah pada apa, pada siapa. Tapi jika kita berserah, itu berarti bahwa kita percaya Dia yang di atas sudah mengatur semuanya kan?

Kamu pernah bilang apapun yang akan aku katakan, kamu nggak akan pernah percaya lagi. Karena itu aku menuliskannya, supaya kamu percaya. I am really sorry. 


Prinsip Adrienne di novel ini sama dengan prinsip Taylor Swift yang pernah saya baca di majalah Go Girl "When you date a guy and it goes badly, that's terrible. But if you can write a sing about it, then it was worth it!" :)


So what are you waiting for? Go buy this book! Now!! :))

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kamu makan yang enak sana. Jangan karena nungguin di rumah sakit semua jadi sakit. Beli McD atau KFC kah? Atau di samping RS ada ayam bakar enak. Di seberang jalan dikit ada nasi padang. Atau naik angkot satu kali ke mall sana. (While open his wallet and giving me money).



And a couple days after that, he passed away.
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Conversation

Bapak sayang ibu kan?

Sayang luar biasa.

Bapak sayang anak-anak kan?

Sayang luar biasa.

Bapak masih semangat kan?

Iya masih semangat.



And hours after that, he passed away.
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

God, It Hurts

25-26 Januari 2012
I still remember every detail that happened on that day.

25 Januari 2012

Hari di mana seharusnya menjadi hari bahagia untuk kami. Genap 26 tahun usia pernikahan orangtuaku. Tapi bukannya merayakan dengan doa syukur seperti tahun lalu kami merayakannya di rumah sakit. Setelah sebelumnya untuk pertama kalinya menginap di rumah sakit karena keadaan papa yang semakin menghawatirkan. Hari itu saya pergi ke kantin rumah sakit, membeli cokelat untuk hadiah anniversary. Sedih rasanya, sakit rasanya membayangkan ulang tahun pernikahan dirayakan di tempat seperti ini. Tapi penuh keyakinan kami berharap bahwa semua akan segera membaik. 
Masih segar pula di bayangan waktu mama tanya sama papa apa dia mencintai kami. Dan jawabannya sungguh tegas padahal keadaannya sangat lemah "Ya saya cinta kalian luar biasa". Dan rasa sedih yang luar biasa waktu mama memimpin doa dan untuk pertama kalinya memasrahkan papa saya ke tangan Tuhan. Ketika mesin-mesin yang tidak biasa dipasang ke tubuh papa, ketika raut wajah dokter jaga dan suster mulai mengkhawatirkan, ketika satu-satunya kalimat yang keluar dari mulut suster hanya "Bapaknya dibantu doa ya."
Ketika saya memohon pada Tuhan dan juga papa saya untuk bertahan. Ketika mesin berbunyi terus menerus tanda keadaan sudah semakin parah. Ketika saya tidak perduli pada sekitar dan membiarkan pintu kamar terbuka lebar dengan suara mesin yang cukup keras. Saya mau memastikan suara itu terdengar di meja jaga suster yang puji Tuhan hanya terletak 10m. Ketika papa mulai kehilangan kesadaran setelah sebelumnya masih sempat berdoa bersama. Ketika kadar oksigen di tubuh perlahan-lahan mulai menipis. Ketika tekanan darah menurun drastis (saya masih ingat angka terakhirnya 55/25). Ketika dokter jaga memeriksa tubuh papa dengan keadaan panik. Ketika oksigen dilepas dan mulai dipompa manual. Ketika dokter mencari denyu nadi sampai ke kaki. Ketika akhirnya dokter berbalik badan dan bilang "Bapaknya sudah tidak ada Bu." Tepat pukul 01.55 26 Januari 2012.


26 Januari 2012

Sungguh mengherankan bagaimana saya bisa melewati hari itu dengan tenang. Karena 3 bulan sesudahnya sampai sekarang saya menangis setiap hari. Menjadi satu-satunya anak yang ada di Balikpapan ketika kakak dan adik masih di luar kota mungkin sebabnya .
Memilih peti mati, memutuskan formalin atau tidak, menjadi orang yang berhubungan dengan keamanan kompleks, memilih foto apa yang akan dipajang. 
Masih seperti mimpi rasanya ketika satu persatu orang datang, dan kemudian tiba saatnya peti mati ditutup saat terakhir saya melihat papa. Ketika peti mati dikubur di dalam tanah di pemakaman pinggir kota yang dekat dengan salah satu tempat kerja papa di mana papa sering mengajak saya ke sana. 



Bahagia luar biasa karena saya diberi kesempatan menemani papa di akhir-akhir masa hidupnya. Lega rasanya mengetahui bahwa untuk beberapa hari di saat-saat terakhirnya papa saya tidak merasakan sakit. Dan ketika akhirnya Tuhan lepaskan rasa sakit dan penderitaannya selamanya. Saya tidak menggugat rencana Tuhan. Saya sangat ikhlas (berusaha sangat ikhlas). Tuhan hanya pinjamkan papa saya, jadi saya tidak boleh marah saat Tuhan ambil kembali. 

Tapi jauh di dalam hati ada rasa kangen yang sangat besar. Rencana-rencana indah masa depan seakan hancur berantakan. Saya masih ingin ada yang menerima lamaran calon suami saya kelak. Saya masih ingin diantar ke altar pada sakramen pernikahan saya nanti. Saya masih ingin anak saya nanti bisa bermain dengan kakeknya. Tapi yang paling simpel adalah saya masih ingin pergi gereja dengan papa. Masih ingin jadi satu-satunya orang yang diajak diskusi soal komputer dan internet. Masih ingin nonton bola di tv. Masih ingin diajak beli chinese food atau sekedar isi bensin mobil.

Tuhan terimalah papa saya di tanganMu. Lancarkanlah jalannya menuju surga. Ampunilah segala dosa dan salahnya. Sebagaimana dia telah bekerja keras membahagiakan keluarganya.

Tuhan rasanya masih sangat sakit, kuatkanlah hati kami Tuhan.

Papa, kita sekarang sudah terpisah dunia. Walau sekarang kami masih selalu menangis merindukanmu tapi percayalah kami pasti kuat. Bekal-bekal kehidupan telah engkau berikan. Terima kasih untuk segalanya. Berbahagialah bersama Tuhan di surga sana pa. Sampai akhirnya kita akan bersatu lagi di waktuNya.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sakitnya belum hilang. Malah semakin sakit.

Tuhan, ini bukan karena aku gak rela.
Lega rasanya tau sakitnya sudah Kau ambil.
Tapi kadang masih terasa kangen.


Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sumatera dilanda gempa, ditambah pula peringatan tsunami. Orang berbondong-bondong cari perlindungan. Semua ini membuat saya teringat kejadian beberapa tahun lalu.


Saya sedang kuliah di Surabaya, karena satu dan lain hal saya tidak bisa pulang liburan sementara kakak dan adik saya berlibur ke Balikpapan. Mungkin masih ada yang ingat saat itu salah satu kilang Pertamina di Balikpapan meledak (atau terbakar?) Dan sempat membuat heboh berita di tv. Yang paling membekas di ingatan adalah saat itu papa saya harus pergi ke Kilang untuk menangani hal itu. Dari cerita saya dengar kalau suasana di kompleks rumah saya yang kebetulan adalah kompleks pegawai Pertamina dan terletak dekat sekali dengan kilang mendadak heboh. Kejadian ini terjadi malam hari. Para pekerja ramai menuju ke kilang dengan pakaian safety lengkap (termasuk papa saya)

Yang membuat saya terharu adalah papa saya berpesan ke keluarga saya untuk lari menjauh ke arah luar kota yang dekat pantai. Dia bilang lebih baik dia saja yang jadi korban kalau keadaan memburuk. Dia kasian kalau saya yang di luar kota sendirian tiba-tiba gak punya keluarga. Untuk yang tidak tahu, di dalam tanah di Balikpapan tersebar pipa yang dialiri minyak maupun gas. Jadi orang-orang dulu pernah bilang kalau kilang meledak semua, dampaknya bisa menghanguskan seisi kota. Tapi saya gak tau benar tidaknya.

Puji Tuhan keadaan aman terkendali. Tapi saya akan selalu ingat akan papa saya yang mengorbankan dirinya untuk saya dan keluarga. Bahkan sampai sekarang pun saya masih menangis kalau teringat ini.

Dear Dad in heaven, thank you for all that you've done for us. It's time for you to be happy up there. You don't have to feel pain like your last day. We miss you, always. We'll never forget you. Till we meet again Dad. ♥
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

I Miss You

I miss you when I'm happy
I miss you when I laugh
I miss you when I'm sad
I miss you when I cry
I miss you all the time Dad. Really.
Hope you're doing good up there.


Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

It still amaze me how hundreds of people came in my father's funeral. He's not really sociable I think. But everyone said he's kind, full of smile and a hardworker. I'm proud of you Dad. Really. And miss you.



*pardon my grammar*
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

It's hard to pretend that you are okay when you're not.

It's hard to smile when deep inside your heart you actually want to cry.

I'm not okay, but I will be. If it's not today maybe tomorrow or the day after.
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Papa saya tidak sempurna, tapi seperti yang dia bilang di akhir-akhir hidupnya dia cinta kami luar biasa.



Truly deeply miss you Dad. ♥


Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ketika Doamu Dikabulkan


Ketika doamu benar-benar dikabulkan apa kamu sudah siap?


Papaku sudah kembali ke rumah Tuhan. Apa rasanya? Masih tidak percaya, sering menangis sendirian kalau tiba-tiba sadar sudah tidak punya papa lagi.

Rasanya baru kemarin waktu keluarga merayakan natal di rumah.

Rasanya baru kemarin waktu saya dan mama senang luar biasa ketika akhirnya papa mau dirawat.

Rasanya baru kemarin menghabiskan waktu seharian di rumah sakit. Melihat berbagai macam obat dan suntikan diberikan ke papa.

Rasanya baru kemarin melihat papa menerima tranfusi darah karena trombositnya yang turun drastis.

Rasanya baru kemarin papa dan mama merayakan 26 tahun pernikahannya tanggal 25 Januari 2012.

Rasanya baru kemarin juga ketika akhirnya papa pergi tanggal 26 Januari 2012. Papa hanya bertahan sampai 26 tahun menikah dengan mama.

Saya tidak terlalu hapal dengan tanggal ulang tahun pernikahan papa mama. Namun saya yakin selamanya saya akan ingat tanggal itu.

25 Januari 2012, setelah menunggu beberapa lama sampai kondisi papa memungkinkan akhirnya diberikan obat kanker yang hanya diminum 2 kali. Hari itu juga kondisi papa semakin memburuk, mulai gelisah dan bicara yang tidak jelas, kesadaran pun mulai berkurang drastis. Papa beberapa kali bilang “bagus-bagus” (yang kemudian dibilang orang bahwa itu tanda papa telah melihat penjemputan Tuhan yang indah). Papa juga sempat bilang ke mama “jangan  ke mana-mana, tungguin aku sampe pagi”. Kata-kata yang kita anggap sebagai racauan biasa. Tanda-tanda lain yang kita abaikan semata-mata karena yang kita pikirkan hanya papa akan sembuh. 

Kondisi papa mulai memburuk sekitar hampir tengah malam. Tensi turun, mulai sesak napas dan lain-lain. saya sempat siap-siap dan bilang ke mama kalau sekarang mungkin saatnya papa dipindah ke ruang ICU karena kondisi begini. Ternyata tidak dipindah namun alat-alat ICU yang dipindah ke kamar papa. Papa dipasang monitor untuk melihat tekanan darah, denyut nadi dan oksigen. Saya sempat ngetwit, “keseringan nonton Grey’s Anatomy jadi agak biasa melihat ini”. Yang nyatanya tidak akan pernah biasa melihat kondisi seperti ini. Beberapa kali alatnya berbunyi karena papa di bawah batas aman. Suster sudah keluar masuk. Dokter jaga pun sudah memeriksa yang saya serang dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa dijawab karena memang papa sudah kritis sekali. 

Mama kemudian menelepon beberapa keluarga dan orang gereja karena merasa tidak sanggup menghadapi berdua. Saya sudah menangis melihat angka di monitor yang terus turun. Tuhan kasi jalan yang baik, keluarga dan orang gereja datang dengan sangat cepat. Yang sampai sekarang saya tidak habis pikir bagaimana dengan rumah sejauh itu mereka datang cepat. Tensi papa terakhir yang masih saya ingat adalah 55/25. Dan tiba-tiba kamar rawat dipenuhi dokter dan banyak suster yang berusaha menyelamatkan papa dengan memberi bantuan pernapasan dan berbagai macam suntikan. Saya kemudian diminta mama untuk membisikkan ke papa bahwa saya ikhlas dia pergi (yang saya tahu berat sekali untuk mama). Saya dengan keyakinan yang besar membisikkan papa “papa aku ikhlas papa pergi, tapi kalau memang belum waktunya balik lagi cepat ya pa”. saya masih berharap keadaan seperti di film bahwa dengan bisikan itu papa tidak akan mengikuti “cahaya” dan kembali ke tubuhnya. Namun setelah keadaan semakin buruk dan tampak tidak ada perubahan walau dokter dan suster tidak berhenti bekerja saya akhirnya membisikkan lagi “Papa aku ikhlas papa pergi”. Ternyata jauh di sana di tempatnya masing-masing tanpa sadar kakak dan adik saya mengatakan hal yang sama. Dan akhirnya setelah berusaha sekian lama dokter akhirnya bilang “Bapak sudah gak ada bu”. Saya dan mama karena sudah menangis dari awal seperti tidak ada bedanya. Kami masih blank bahkan sampai saya mengabarkan berita ini pada kakak saya. Saya juga masih blank ketika beberapa menit setelah itu saya harus langsung ke rumah mengambil pakaian untuk pemakaman papa saya.  Saya masih juga blank ketika tiba-tiba saat saya kembali ke ruang jenazah sudah banyak teman papa dan mama saya yang datang. Dan untuk pertama kalinya ruang jenazah terasa tidak menyeramkan. Dan pagi hari itu terasa panas.

Saya juga masih blank ketika diminta mama memilihkan peti apa yang akan digunakan untuk papa. Dan tahu-tahu kami sudah ada di mobil jenazah untuk mengantarkan papa kembali ke rumah. Berkali-kali saya bilang dalam hati “Pi, kita pulang dulu ke rumah sebentar ya sebelum papa nanti pergi ke rumah Bapa”. Rumah tiba-tiba sudah rapi, saudara lain sudah ada di rumah.  Dalam hitungan jam tenda sudah dipasang di rumah, teman-teman kantor dan tetangga berdatangan. Ketika kemudian kakak dan adik sampai saya baru sedikit sadar kalau ya saya sudah tidak punya papa lagi. Dan kemudian saat saya masuk lagi ke kamar Papa (setelah sebelumnya sudah bolak-balik) beberapa jam sebelum adik-adik papa dari luar kota datang saya mencium bau papa. Saya bilang dalam hati “Pi, sekarang di sini gak papa. Tapi nanti kalau adik-adiknya udah kumpul terus waktunya dimakamkan Papa jalan terus ya jangan noleh lagi ke belakang”. (Dan setelah pulang dari pemakaman saya tidak lagi mencium bau papa).

Tahu-tahu adik-adik papa sudah berkumpul semua, dan kami pergi ke pemakaman. Sampai di makam pada saat doa sebelum peti dikubur saya masih melihat sekeliling berharap bahwa seperti di film saya akan melihat papa tersenyum kemudian hilang. Tapi nyatanya tidak. 

Papa memang sudah pergi. Sampai sekarang memang masih belum percaya kalau secepat itu papa diambil. Sampai saat menulis ini pun saya masih sering menangis, tapi tidak dihadapan mama karena saya tahu dia jauh lebih sedih.  Tersadar kalau nanti aka nada banyak masa yang tidak akan saya lewati dengan papa. Tidak akan ada papa yang mengantar saya ke altar waktu misa pernikahan. Anak saya nanti tidak akan punya kakek dari saya. Tapi saya percaya Bapa di surga akan selalu menjadi “Papa” saya dan papa saya nanti akan selalu melihat dan tersenyum dari atas. 

Yang membuat saya lega adalah, sampai akhir hayatnya papa memegang teguh imannya kepada Bapa di surga. Sakit semakin mendekatkan dia ke Bapa. Papa saya sudah melaksanakan kewajibannya, dia sudah menerima sakramen perminyakan. Papa sudah melaksanakan kewajibannya sebagai suami, setia sampai mati kepada mama tanpa pernah selingkuh, papa saya sudah melaksanakan kewajibannya mendidik kami bertiga sampai besar.

Saya selalu berdoa minta papa sembuh, namun semua itu harus sekehendak Bapa di surga. Doa saya dikabulkan, papa saya sudah tidak sakit. Dan semoga papa sekarang sedang berada di sisi kanan Bapa, di tempat yang Dia janjikan bagi orang yang percaya kepadaNya. Doa saya dikabulkan, semoga saya siap menerimanya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Baru sadar, aku cerita soal sakit papaku 25 Januari dan besoknya papaku diambil Tuhan. :)
Papaku bertahan hanya sampai ulang tahun perkawinan ke 26 tanggal 25 Januari.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

My Wedding Dream

My wedding dream is simple, walking down the aisle with my dad. And now, the dream is gone.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Dad Passed Away

Terima kasih atas doa dan dukungan selama ini teman-teman.
Papaku sudah kembali ke rumah Bapa 26 Januari 2012.
Sakitnya sudah hilang sekarang :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

My Story

Yang follow twitter, jadi teman facebook atau BBM saya mungkin bertanya-tanya kenapa status saya begitu sedih, pasrah dan sebagainya. Akan begitu menyedihkan kalau saya harus mengulang-ngulang cerita, karena itu saya coba cerita di sini ya. Untuk teman dekat saya yang merasa "kok saya gak diberitahu", I must say it's not easy to tell this story. Ketika akhirnya saya mau cerita karena saya (dan keluarga) sudah melewati tahap "denial". Kami sudah menerima hal ini dengan pasrah. :)

Papa saya divonis kanker hati. Puji Tuhan menurut dokter walau parah masih treatable. Bagaimana bisa terjadi? Papa kena hepatitis B mulai tahun 2010. Itupun tahunya dari medical check up tahunan perusahaan. Dari tahun 2010 papa sudah rutin berobat ke dokter dan minum obat Sebi**. Saya tidak bilang bahwa obat tersebut jelek, hanya saja obat tersebut ternyata tidak cocok dengan papa saya. Sampai kemudian tahun 2011 setelah melakukan pemeriksaan lanjut ternyata hepatitisnya sudah berubah menjadi sirosis hati. Setelah beberapa lama, sirosis hatinya sekarang berubah menjadi kanker hati.
Banyak yang bertanya apa peyebabnya? Saya juga tidak tahu pasti. Penelitian menyebutkan hepatitis terjadi karena banyak minum minuman keras dan pola hidup tidak sehat. Saya tidak bilang papa saya 100% hidup sehat, tapi yang jelas papa saya tidak merokok, tidak minum minuman keras, papa saya tidak terlalu suka makan di luar, mantan pelari, mantan petenis dan pernah cukup lama hobi berkebun. Ditelusuri dari keluarga pun, tidak ada gen sakit hepatitis. Jadi mungkin penyebabnya bisa tertular teman atau mungkin memang tidak ada penyebabnya. :)

Seperti yang disarankan banyak orang, kami pun sudah mencari second, thirth and even fourth opinion. Semua diagnosa sama. Selain medis kami pun juga sudah mencoba berbagai macam cara yang disarankan orang. Temulawak, sudah papa minum mulai dari 2010. Mulai dari yang segar, sampai yang bubuk. Keladi tikus, mahkota dewa, daun sirsat, buah merah, akar kayu kuning, obat-obatan herbal dari Kupang, dari Surabaya, sudah kami coba semua. Begitupun dengan berbagai macam terapi mulai dari pijit, kop, bekam, akupuntur sudah dicoba. Dan memang belum ada perubahan.

Kalau ditanya bagaimana perasaan saya dan keluarga? Sedih sudah pasti, gak terhitung betapa banyak airmata yang keluar. Cemas, deg-degan, takut dan sebagainya. Betapa tidak, papa yang biasanya kekar, besar dan kuat sekarang harus kehilangan 15kg bobot tubuhnya, tergeletak lemah di ranjang rumah sakit (papa sudah masuk RS dari 1minggu lalu). Melihat dia yang hampir tidak pernah opname harus diinfus, ditranfusi darah, diambil darah:, disuntik dan minum berbagai macam obat really heartbreaking. Tapi kami masih percaya bahwa Tuhan punya rencana lain, bahwa papa akan sembuh, atau apapun yang terbaik menurut Tuhan akan terjadi.

Papa sekarang sedang menerima perawatan berupa obat-obatan baik yang diminum atau disuntik untuk megeluarkan cairan yang menumpuk dari perut dan sekaligus mengobati kankernya.

Kami sekeluarga mengucapkan terima kasih atas kunjungan dan doa dari semua orang. Papa masih butuh doa dan support dari semua orang. Untuk kunjungan ke rumah sakit, setelah berkonsultasi dengan suster dan dokter diputuskan kalau papa tidak boleh menerima kunjungan selama beberapa waktu. Tanpa bermaksud tidak sopan tapi memang kunjungan orang yang begitu banyak dan tidak kenal waktu cukup melelahkan papa DAN mama yang menjaga, bahkan membuat kondisi tubuh drop. . Untuk yang ingin berkunjung dan memberi support kami mohon maaf. Support masih dapat disalurkan dengan cara lain seperti sms, telp dsb. Terima kasih sekali lagi kami ucapkan dari lubuk hati yang paling dalam.

Kalau ada diantara pembaca blog ini yang tahu tentang survivor kanker hati atau perawatan-perawatannya kami mohon untuk bisa berbagi informasi. Kalau ada yang ingin dibantu soal mencari obat-obat herbal mari ditanya saja, mudah-mudahan saya bisa bantu. Mari saling berbagi informasi, saling mendoakan.

Terima kasih, Tuhan berkati. :)
*gak menduga bisa menulis seformal ini, mungkin karena otak sedang hang*
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Dear Dad, hang on please. I beg you.
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS