One Last Chance

Sejujurnya sudah lama sekali gak beli novel tentang cinta-cintaan. Novel terakhir yang dibeli Antalogi Rasa-nya Ika Natassa. Selain itu lebih suka buku-buku tentang perjalanan semacam The Journeys, Life Traveler dll. Sampai teman saya Stephanie Zen mengeluarkan novel baru. Ini anak produktif amat yak, banyak banget novelnya. Dan dengan bangga saya katakan bahwa saya punya SEMUA (eh kecuali novel yang diterbitkan untuk anak SMP itu ya). 

Agak bosan sebenarnya dengan novel tema cinta-cintaan itu karena kadang terasa "nanggung", lucu enggak, romantis enggak. Eh tapi kalo mau novel romantis coba novel punya ci Rina Suryakusuma (ini mah romantis abesss). 

One Last Chance ini mengusung tema yang tergolong standar. Cinta. Lebih tepatnya cinta seorang penulis novel. Dan saking ajaibnya, penulis novel ini Adrienne menuangkan semua kisah cintanya yang tragis dalam novelnya, dengan nama dan peristiwa sebenarnya. Karena prinsipnya "Tak boleh ada patah hati yang tak menghasilkan royalti".  Sampai dia bertemu seorang cowok yang menurutnya too good to be true. Adrienne mengira akhirnya dia bisa menulis cerita yang happy ending. Namun perkiraannya salah, karena seseorang di masa lalunya memberitahu cowok itu prinsip menulis Adrienne.

Yang membedakan novel ini dari yang lain adalah, kalimat-kalimatnya yang quotable alias bisa banget diquote *mbuletisasi istilah*. Saya sudah kenal Stephanie lama. Berapa tahun ya? Dari 2006/2007 kalo gak salah. Dan walau bisa dihitung jari sebelah tangan intensitas pertemuan kami tapi kalau di dunia maya sih intens bener. :D Selalu kagum setiap dia mengeluarkan novel baru. Dari Anak Band (eh bener ya judulnya) sampai ke One Last Chance ini ketahuan banget gaya nulisnya berkembang. Jadi jauhhhh lebih bagus dan smooth. Cara dia mendeskripsikan peristiwa itu bagus. Gaya penulisan dia di teenlit dan metropop berbeda banget. Seperti yang Raditya Dika bilang bahwa ia bertumbuh bersama pembaca, Stephanie juga begitu. Pengaruh umur kali ya (awas dijitak). :D

Ah mbulet, jadi cerita apa ini. Mari kembali ke novelnya. Pengen nulis resensinya, tapi takut jadi spoiler. Jadi saya ceritain lewat potongan kalimat-kalimat favorit saya aja ya :)

Lucu sekali, betapa banyak orang yang memanggil kita dengan nama yang sama, tapi hanya satu orang yang bisa membuatnya terdengar istimewa. 
There are three things in the world that once you lose it, you will never get it back : virginity, respect and trust. 

Jangan bilang pasrah, tapi berserah. Kalau kita pasrah tidak tahu pasrah pada apa, pada siapa. Tapi jika kita berserah, itu berarti bahwa kita percaya Dia yang di atas sudah mengatur semuanya kan?

Kamu pernah bilang apapun yang akan aku katakan, kamu nggak akan pernah percaya lagi. Karena itu aku menuliskannya, supaya kamu percaya. I am really sorry. 


Prinsip Adrienne di novel ini sama dengan prinsip Taylor Swift yang pernah saya baca di majalah Go Girl "When you date a guy and it goes badly, that's terrible. But if you can write a sing about it, then it was worth it!" :)


So what are you waiting for? Go buy this book! Now!! :))

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kamu makan yang enak sana. Jangan karena nungguin di rumah sakit semua jadi sakit. Beli McD atau KFC kah? Atau di samping RS ada ayam bakar enak. Di seberang jalan dikit ada nasi padang. Atau naik angkot satu kali ke mall sana. (While open his wallet and giving me money).



And a couple days after that, he passed away.
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Conversation

Bapak sayang ibu kan?

Sayang luar biasa.

Bapak sayang anak-anak kan?

Sayang luar biasa.

Bapak masih semangat kan?

Iya masih semangat.



And hours after that, he passed away.
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

God, It Hurts

25-26 Januari 2012
I still remember every detail that happened on that day.

25 Januari 2012

Hari di mana seharusnya menjadi hari bahagia untuk kami. Genap 26 tahun usia pernikahan orangtuaku. Tapi bukannya merayakan dengan doa syukur seperti tahun lalu kami merayakannya di rumah sakit. Setelah sebelumnya untuk pertama kalinya menginap di rumah sakit karena keadaan papa yang semakin menghawatirkan. Hari itu saya pergi ke kantin rumah sakit, membeli cokelat untuk hadiah anniversary. Sedih rasanya, sakit rasanya membayangkan ulang tahun pernikahan dirayakan di tempat seperti ini. Tapi penuh keyakinan kami berharap bahwa semua akan segera membaik. 
Masih segar pula di bayangan waktu mama tanya sama papa apa dia mencintai kami. Dan jawabannya sungguh tegas padahal keadaannya sangat lemah "Ya saya cinta kalian luar biasa". Dan rasa sedih yang luar biasa waktu mama memimpin doa dan untuk pertama kalinya memasrahkan papa saya ke tangan Tuhan. Ketika mesin-mesin yang tidak biasa dipasang ke tubuh papa, ketika raut wajah dokter jaga dan suster mulai mengkhawatirkan, ketika satu-satunya kalimat yang keluar dari mulut suster hanya "Bapaknya dibantu doa ya."
Ketika saya memohon pada Tuhan dan juga papa saya untuk bertahan. Ketika mesin berbunyi terus menerus tanda keadaan sudah semakin parah. Ketika saya tidak perduli pada sekitar dan membiarkan pintu kamar terbuka lebar dengan suara mesin yang cukup keras. Saya mau memastikan suara itu terdengar di meja jaga suster yang puji Tuhan hanya terletak 10m. Ketika papa mulai kehilangan kesadaran setelah sebelumnya masih sempat berdoa bersama. Ketika kadar oksigen di tubuh perlahan-lahan mulai menipis. Ketika tekanan darah menurun drastis (saya masih ingat angka terakhirnya 55/25). Ketika dokter jaga memeriksa tubuh papa dengan keadaan panik. Ketika oksigen dilepas dan mulai dipompa manual. Ketika dokter mencari denyu nadi sampai ke kaki. Ketika akhirnya dokter berbalik badan dan bilang "Bapaknya sudah tidak ada Bu." Tepat pukul 01.55 26 Januari 2012.


26 Januari 2012

Sungguh mengherankan bagaimana saya bisa melewati hari itu dengan tenang. Karena 3 bulan sesudahnya sampai sekarang saya menangis setiap hari. Menjadi satu-satunya anak yang ada di Balikpapan ketika kakak dan adik masih di luar kota mungkin sebabnya .
Memilih peti mati, memutuskan formalin atau tidak, menjadi orang yang berhubungan dengan keamanan kompleks, memilih foto apa yang akan dipajang. 
Masih seperti mimpi rasanya ketika satu persatu orang datang, dan kemudian tiba saatnya peti mati ditutup saat terakhir saya melihat papa. Ketika peti mati dikubur di dalam tanah di pemakaman pinggir kota yang dekat dengan salah satu tempat kerja papa di mana papa sering mengajak saya ke sana. 



Bahagia luar biasa karena saya diberi kesempatan menemani papa di akhir-akhir masa hidupnya. Lega rasanya mengetahui bahwa untuk beberapa hari di saat-saat terakhirnya papa saya tidak merasakan sakit. Dan ketika akhirnya Tuhan lepaskan rasa sakit dan penderitaannya selamanya. Saya tidak menggugat rencana Tuhan. Saya sangat ikhlas (berusaha sangat ikhlas). Tuhan hanya pinjamkan papa saya, jadi saya tidak boleh marah saat Tuhan ambil kembali. 

Tapi jauh di dalam hati ada rasa kangen yang sangat besar. Rencana-rencana indah masa depan seakan hancur berantakan. Saya masih ingin ada yang menerima lamaran calon suami saya kelak. Saya masih ingin diantar ke altar pada sakramen pernikahan saya nanti. Saya masih ingin anak saya nanti bisa bermain dengan kakeknya. Tapi yang paling simpel adalah saya masih ingin pergi gereja dengan papa. Masih ingin jadi satu-satunya orang yang diajak diskusi soal komputer dan internet. Masih ingin nonton bola di tv. Masih ingin diajak beli chinese food atau sekedar isi bensin mobil.

Tuhan terimalah papa saya di tanganMu. Lancarkanlah jalannya menuju surga. Ampunilah segala dosa dan salahnya. Sebagaimana dia telah bekerja keras membahagiakan keluarganya.

Tuhan rasanya masih sangat sakit, kuatkanlah hati kami Tuhan.

Papa, kita sekarang sudah terpisah dunia. Walau sekarang kami masih selalu menangis merindukanmu tapi percayalah kami pasti kuat. Bekal-bekal kehidupan telah engkau berikan. Terima kasih untuk segalanya. Berbahagialah bersama Tuhan di surga sana pa. Sampai akhirnya kita akan bersatu lagi di waktuNya.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sakitnya belum hilang. Malah semakin sakit.

Tuhan, ini bukan karena aku gak rela.
Lega rasanya tau sakitnya sudah Kau ambil.
Tapi kadang masih terasa kangen.


Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS