17 September 2011 akan jadi salah satu hari paling bersejarah di hidup saya. Karena itu adalah hari pertama saya akhirnya berani untuk donor darah. Niat untuk donor darah sebenarnya sudah ada sejak bertahun-tahun lalu tapi baru berani (baca : nekad) hari itu.
Kalau ditanya kenapa akhirnya berani donor darah akan ada banyak alasannya. Tapi salah satunya adalah ini. Waktu kecil keluarga saya itu anak-anaknya sering kena demam berdarah. Sering itu maksudnya dalam setahun kami (3 bersaudara) bergantian opname karena demam berdarah. Sampai suster di rumah sakit pun hapal nama kami. Bangga? Of course no! Salah satu demam berdarah terparah dialami saya dan adik berbarengan sekitar kelas 4 SD. Saya dan adik masuk ICU bersebelahan selama 5 hari. It was one of the worst day of my life. Bahkan sekecil itu saja saya sudah bisa merasakan kalau ICU itu menakutkan, karena nyawa dipertaruhkan di tempat itu. Dokter pun sudah memvonis kalau hidup kami berdua itu tinggal tergantung Tuhan. Kami pun sudah menerima tranfusi beberapa kantong darah. Tapi puji Tuhan, kami berdua sembuh. Jadi salah satu alasan terbesar saya adalah karena saya ingin "membalas budi". Dulu saya pernah menerima darah dari orang yang tidak dikenal (dimanapun dan siapapun kamu, terima kasih ya) sekarang apa salahnya saya memberikan darah saya yang Tuhan berikan gratis untuk saya. :)
Salah satu alasan lain adalah bahwa dengan mendonor kita akan lebih sehat. Karena darah yang kita keluarkan akan digantikan oleh tubuh kita. Jadi darah kita akan lebih baru dan fresh. Alasan lain adalah menurut kabar bahwa sehabis donor, darah akan diproses agar siap digunakan. Proses itu seperti layaknya kita sedang medical check up hanya saja objeknya darah kita. Jadi seumpama ternyata lewat proses itu keluar hasil bahwa kita ternyata mengidap sakit tertentu, kita akan dihubungi dan diberitahu agar segera memeriksakan diri. Waw, menarik kan? Kita donor darah gratis dan "ikut medical check up" yang bayarnya mahal. :D
Sekarang cerita soal proses donornya yuk.
Saya tidak mendonorkan darah di PMI tapi di sebuah mall. Awalnya saya lihat di twitter kalau ada acara donor darah dalam rangka ultah PMI di mall. Jadi saya memutuskan untuk datang dengan kakak saya. Sebelum donor kita mengisi formulir data diri. Juga pernyataan kalau kita sedang berada dalam kondisi sehat. Kalau tidak salah pertanyaannya itu termasuk apakah menderita hepatitis, syphilis, penyakit kulit parah, hamil, menyusui, dll. Karena kalau kita menderita itu semua gak boleh donor dulu. Kemudian diperiksa tekanan darah oleh dokter. Terus periksa golongan darah dan Hbnya. Jadi buat yang belum tahu golongan darahnya, lumayan ni periksa gratis :D. Setelah itu ini bagian pentingnya, saatnya donor darah :) Saya duduk kemudian diperiksa sekali lagi tekanan darah sama petugasnya, kemudian disuntik dan dimulai prosenya pengambilan darahnya. Jujur waktu melihat orang sebelumnya saya takut karena jarumnya itu lumayan besar ukurannya. Ternyata begitu ditusuk rasanya biasa saja. Sakit sih tapi normal aja, seperti disuntik/ambil darah/pasang infus/digigit lebah. Kuncinya kata petugasnya cuma satu, RILEKS. Jadi kalau merasa sakit sedikit, tangan jangan ditarik karena nanti malah akan tambah sakit. Tenang saja, sakitnya cuma waktu ditusuk kok. Setelah itu hilang.
Syarat donor darah adalah : di atas 17 tahun, berat badan di atas 45kg, tidak sedang mens, tidak sedang hamil/menyusui. Dan jarak minimal dengan donor darah sebelumnya adalah 75hari (menurut aturan), tapi petugas PMI menyarankan 3bln saja.
Petugasnya pun ramah-ramah, dari obrolan saya tahu kalau mereka itu pendidikannya ya suster. Kemudian kalau pendonor itu tekanan darahnya minimal 100, kecuali pendonor baru minimal 110. Untuk wanita, jarak donor dengan menstruasi adalah 1 minggu setelah selesai menstruasi. Dan dia juga bilang efek jarum donor pada pendonor baru adalah bekasnya akan bengkak dan membiru dan tangan akan terasa kemeng selama seminggu. Itu hal wajar, tinggal dikompres saja kalau takut. Tapi puji Tuhan saya tidak mengalami itu. Untuk pendonor yang habis melakukan operasi besar, jarak minimal untuk bisa donor adalah 1tahun. Itupun harus ada hasil periksa terakhir dokter. Jadi mending lebih dari setahun saja ya. Saya juga baru tahu dari twitter @Blood4LifeId kalau setelah menerima transfusi darah, jarak minimal untuk donor adalah 6bln.
Efek donor darah ini juga berbeda-beda ya. Saya setelah donor segar bugar, tidak berasa apa-apa lain dengan kakak saya yang langsung lemas dan berkunang-kunang sehingga harus istirahat. But I told you, lemas setelah donor itu adalah special case. Sebagian besar (besar banget) merasa biasa saja. :)
Setelah donor akan mendapat kartu pendonor (ditulis tangan) yang katanya kalo setelah 3bln donor lagi di PMI akan diganti kartu baru yang bentuknya seperti ATM. Selain itu juga mendapat susu kotak, biskuit kecil, vitamin penambah darah, telur (asin) dan juga tas bertuliskan "Aku Bangga Menjadi Donor Darah Sukarela" (rasanya nyess banget baca ini, damai rasanya :) ). Sedang dari pihak penyelenggaranya (dalam hal ini Stikom) saya dapat kue, air mineral, pin dan stiker donor darah.
Oh ya, salah satu alasan yang membuat saya menunda terus donor darah adalah "Gak mau ah donor darah pas ada event, nanti aja kalo bener-bener ada yang butuh". Dan kemudian saya tiba-tiba "ditampar" oleh pikiran sendiri. Buat apa membiarkan stok darah di PMI kosong sehingga orang harus bergerilya cari darah karena benar-benar butuh. Lebih baik kita penuhi saja kebutuhan sebelum kejadian. Dan saya beritahu, kalau proses pengolahan darah itu butuh berjam-jam. Iya kalau yang butuh darah masih bisa menunggu selama itu. Kalau tidak? Selain itu saya berfikir kalau donor darah pertama saya baik-baik saja kualitas darahnya, saya akan lebih tenang memberikan darah saya kalau nantinya ada yang benar-benar butuh dan meminta langsung.
Sekalian menjawab pertanyaan bahwa PMI tidak berbisnis. Darah yang PMI dapatkan gratis tidak dijual dengan harga mahal untuk pasien. Yang dibayar pasien itu adalah biaya pengolahan darah sampai darah bisa dimasukkan dalam tubuh.. Biaya pengolahan darah itu memang cukup mahal. Namun sebenarnya itu sudah disubsidi oleh pemerintah. Biaya aslinya lebih besar dari yang dibayar pasien. Biaya itu juga berbeda-beda karena besar subsidi tiap daerah itu tidak sama.
Saya juga mengucapkan terima kasih banyak untuk akun twitter @justsilly dan @Blood4LifeId. Karena sering melihat kebutuhan darah yang mereka publish juga melihat manfaat mendonor, saya akhirnya berani mencoba.
Kesan setelah mencoba? Saya menyesal. Menyesal mengapa tidak dari dulu saja berani donor darah. Saya tidak kehilangan apa-apa dan saya mendapat manfaat dan kepuasan batin yang besar. Seperti slogan Blood for Life :
A bag of your blood might be nothing for you, won't cost you anything, but can be a life for others and a smile for families.
Palang merah juga bilang :
If you donate money, you give food. But if you donate blood, you give life.
Jadi, kalau saya saja berani, kenapa kamu tidak? :)
3 comments:
SALUTE!!!
Go go go kak anas! kamu superman! Kamu penyelamat 1 nyawa lagi! :)
Hahaha, superman? gak lah kak.
Cuma kebetulan sedikit lebih berani aja. :)
Yuk donor yuk :D
aku sudah dong.. 3 bulan sekali. hehehe.. semangat kakak, semoga sekali terus jadi rutin :D
Posting Komentar