Waktu kecil ditanamkan betul sama papa saya bahwa tidak boleh mencontek itu namanya tidak percaya diri sendiri, nilai bagus pun tidak akan bangga karena tahu bukan jawaban sendiri. Ajaran itu juga yang kurang lebih ditanamkan guru PPKN saya. Oleh karena itu saya syok luar biasa begitu kami mendekati ujian akhir nasional SD, kami disuruh saling "membantu" satu sama lain.
Dulu saya pikir orang yang berbeda suku dan agama bisa hidup rukun. Begitupun dengan pendapat dan suku asli, seperti yang saya lihat di kota saya. Tapi ternyata saya harus menelan kecewa kalau ternyata di beberapa tempat banyak konflik berdarah akibat agama, suku dsb. Bahkan di kota tempat saya merantau menuntut ilmu ini orang dengan mata sipit juga dibeda-bedakan. Belum lagi suku yang hanya terpisah selat dengan kota ini juga tidak mendapat kelas yang sama.
Saya pernah dalam kondisi mengagumi PNS, berseragam, bekerja untuk pemerintah, rumah bagus dan lain-lain. Saya pernah ingin menjadi PNS. Tapi ternyata pengalaman 1 bulan KKN dan bermarkas di kelurahan membuat saya bingung kapan mereka kerja. Jam 9 kantor masih sepi, dan jam 2 siang sudah mulai sepi lagi. Dan juga saat harus berurusan dengan kelurahan/ kecamatan dan sejenis itu yang ada hanya uang yang keluar akibat pungutan liar. Belum lagi cerita soal pegawai pemkot yang di kantornya hanya bermain game komputer dan mengobrol. Saya masih sangat ingin menjadi PNS, tapi lebih tertarik untuk bekerja di departemen (departemen keuangan mudah-mudahan).
Ahh. Saya memang terlalu naif. Tapi saya percaya suatu saat Indonesia bisa menjadi negara yang saya impikan. Yang damai, rukun dengan warga yang jujur dan saling menghormati.