Sumatera dilanda gempa, ditambah pula peringatan tsunami. Orang berbondong-bondong cari perlindungan. Semua ini membuat saya teringat kejadian beberapa tahun lalu.
Saya sedang kuliah di Surabaya, karena satu dan lain hal saya tidak bisa pulang liburan sementara kakak dan adik saya berlibur ke Balikpapan. Mungkin masih ada yang ingat saat itu salah satu kilang Pertamina di Balikpapan meledak (atau terbakar?) Dan sempat membuat heboh berita di tv. Yang paling membekas di ingatan adalah saat itu papa saya harus pergi ke Kilang untuk menangani hal itu. Dari cerita saya dengar kalau suasana di kompleks rumah saya yang kebetulan adalah kompleks pegawai Pertamina dan terletak dekat sekali dengan kilang mendadak heboh. Kejadian ini terjadi malam hari. Para pekerja ramai menuju ke kilang dengan pakaian safety lengkap (termasuk papa saya)
Yang membuat saya terharu adalah papa saya berpesan ke keluarga saya untuk lari menjauh ke arah luar kota yang dekat pantai. Dia bilang lebih baik dia saja yang jadi korban kalau keadaan memburuk. Dia kasian kalau saya yang di luar kota sendirian tiba-tiba gak punya keluarga. Untuk yang tidak tahu, di dalam tanah di Balikpapan tersebar pipa yang dialiri minyak maupun gas. Jadi orang-orang dulu pernah bilang kalau kilang meledak semua, dampaknya bisa menghanguskan seisi kota. Tapi saya gak tau benar tidaknya.
Puji Tuhan keadaan aman terkendali. Tapi saya akan selalu ingat akan papa saya yang mengorbankan dirinya untuk saya dan keluarga. Bahkan sampai sekarang pun saya masih menangis kalau teringat ini.
Dear Dad in heaven, thank you for all that you've done for us. It's time for you to be happy up there. You don't have to feel pain like your last day. We miss you, always. We'll never forget you. Till we meet again Dad. ♥
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!
Read User's Comments(2)
Langganan:
Postingan (Atom)