Yang follow twitter, jadi teman facebook atau BBM saya mungkin bertanya-tanya kenapa status saya begitu sedih, pasrah dan sebagainya. Akan begitu menyedihkan kalau saya harus mengulang-ngulang cerita, karena itu saya coba cerita di sini ya. Untuk teman dekat saya yang merasa "kok saya gak diberitahu", I must say it's not easy to tell this story. Ketika akhirnya saya mau cerita karena saya (dan keluarga) sudah melewati tahap "denial". Kami sudah menerima hal ini dengan pasrah. :)
Papa saya divonis kanker hati. Puji Tuhan menurut dokter walau parah masih treatable. Bagaimana bisa terjadi? Papa kena hepatitis B mulai tahun 2010. Itupun tahunya dari medical check up tahunan perusahaan. Dari tahun 2010 papa sudah rutin berobat ke dokter dan minum obat Sebi**. Saya tidak bilang bahwa obat tersebut jelek, hanya saja obat tersebut ternyata tidak cocok dengan papa saya. Sampai kemudian tahun 2011 setelah melakukan pemeriksaan lanjut ternyata hepatitisnya sudah berubah menjadi sirosis hati. Setelah beberapa lama, sirosis hatinya sekarang berubah menjadi kanker hati.
Banyak yang bertanya apa peyebabnya? Saya juga tidak tahu pasti. Penelitian menyebutkan hepatitis terjadi karena banyak minum minuman keras dan pola hidup tidak sehat. Saya tidak bilang papa saya 100% hidup sehat, tapi yang jelas papa saya tidak merokok, tidak minum minuman keras, papa saya tidak terlalu suka makan di luar, mantan pelari, mantan petenis dan pernah cukup lama hobi berkebun. Ditelusuri dari keluarga pun, tidak ada gen sakit hepatitis. Jadi mungkin penyebabnya bisa tertular teman atau mungkin memang tidak ada penyebabnya. :)
Seperti yang disarankan banyak orang, kami pun sudah mencari second, thirth and even fourth opinion. Semua diagnosa sama. Selain medis kami pun juga sudah mencoba berbagai macam cara yang disarankan orang. Temulawak, sudah papa minum mulai dari 2010. Mulai dari yang segar, sampai yang bubuk. Keladi tikus, mahkota dewa, daun sirsat, buah merah, akar kayu kuning, obat-obatan herbal dari Kupang, dari Surabaya, sudah kami coba semua. Begitupun dengan berbagai macam terapi mulai dari pijit, kop, bekam, akupuntur sudah dicoba. Dan memang belum ada perubahan.
Kalau ditanya bagaimana perasaan saya dan keluarga? Sedih sudah pasti, gak terhitung betapa banyak airmata yang keluar. Cemas, deg-degan, takut dan sebagainya. Betapa tidak, papa yang biasanya kekar, besar dan kuat sekarang harus kehilangan 15kg bobot tubuhnya, tergeletak lemah di ranjang rumah sakit (papa sudah masuk RS dari 1minggu lalu). Melihat dia yang hampir tidak pernah opname harus diinfus, ditranfusi darah, diambil darah:, disuntik dan minum berbagai macam obat really heartbreaking. Tapi kami masih percaya bahwa Tuhan punya rencana lain, bahwa papa akan sembuh, atau apapun yang terbaik menurut Tuhan akan terjadi.
Papa sekarang sedang menerima perawatan berupa obat-obatan baik yang diminum atau disuntik untuk megeluarkan cairan yang menumpuk dari perut dan sekaligus mengobati kankernya.
Kami sekeluarga mengucapkan terima kasih atas kunjungan dan doa dari semua orang. Papa masih butuh doa dan support dari semua orang. Untuk kunjungan ke rumah sakit, setelah berkonsultasi dengan suster dan dokter diputuskan kalau papa tidak boleh menerima kunjungan selama beberapa waktu. Tanpa bermaksud tidak sopan tapi memang kunjungan orang yang begitu banyak dan tidak kenal waktu cukup melelahkan papa DAN mama yang menjaga, bahkan membuat kondisi tubuh drop. . Untuk yang ingin berkunjung dan memberi support kami mohon maaf. Support masih dapat disalurkan dengan cara lain seperti sms, telp dsb. Terima kasih sekali lagi kami ucapkan dari lubuk hati yang paling dalam.
Kalau ada diantara pembaca blog ini yang tahu tentang survivor kanker hati atau perawatan-perawatannya kami mohon untuk bisa berbagi informasi. Kalau ada yang ingin dibantu soal mencari obat-obat herbal mari ditanya saja, mudah-mudahan saya bisa bantu. Mari saling berbagi informasi, saling mendoakan.
Terima kasih, Tuhan berkati. :)
*gak menduga bisa menulis seformal ini, mungkin karena otak sedang hang*
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT