Semua orang pasti punya Kartini modern masing-masing. Dan sebagian besar pasti menjawab kalau Kartini modernnya adalah Ibu. Hal yang sama juga ada di benak saya. Makanya saya memutuskan untuk menulis postingan ini.
Papa dan mama saya terlahir bukan dari keluarga berada. Walaupun sepertinya papa saya adalah keturunan keluarga priyayi. Dan kalo tidak salah di nisan Eyang putri saya ada tulisan RA/RRnya. Tapi mereka bukan orang kaya. Papa saya merantau dari kotanya di Kediri ke Balikpapan untuk mencari nafkah. Keluarga mama saya adalah keluarga yang hidupnya semi nomaden. Mama saya pernah beberapa kali ikut kakaknya yang telah menikah. Sampai akhirnya Mbah kakung saya memutuskan pindah ke Balikpapan meninggalkan pulau Jawa.
Tidak seperti kakak-kakaknya yang menikah muda, mama saya memutuskan untuk bekerja dulu menyenangkan diri sendiri dan orang tuanya sebelum menikah dengan papa saya di umur 23 tahun. Mungkin karena itu di saat-saat akhir kuliah, tidak seperti orangtua lain yang ngejar anaknya supaya cepat nikah. Orangtua saya ngejar saya untuk bekerja (mama) atau melanjutkan kuliah (papa). Karena mereka menganggap sebelum terikat dengan seseorang harus bisa menyenangkan diri sendiri dulu dan kalau bisa menyenangkan orangtua.
Perjuangan papa dan mama saya untuk membesarkan kita tergolong keras. Dengan penghasilan sebagai karyawan yg tergolong baru di tempat masing-masing sudah harus membiayai 3 orang anak yang umurnya berdekatan. Kakak ke saya 23bulan, saya ke adik 17 bulan. Mama saya dituntut untuk mampu mengelola keuangan sedemikian rupa agar cukup bagi keluarga. Dan herannya saya tidak pernah merasakan yang namanya kekurangan. Makan tetap bergizi dan masih dibelikan sesuatu kadang-kadang. Padahal kata mama saya ilmu manajemen keuangan yang paling susah adalah keuangan rumah tangga.
Mama saya dului adalah seorang karyawati yang terkadang suka lembur bila ada acara. Tapi tidak seperti di film atau sinetron. Saya TIDAK PERNAH kekurangan kasih sayang. Saya tetap dekat dengan mama saya, tetap segan dengan dia. Mama saya orang yang hebat, walaupun pulang malam akibat lembur. Masih bisa menyelesaikan PR kesenian saya (satu-satunya pelajaran yang PRnya sulittt ;p) dan besoknya masih bisa bangun pagi menyiapkan keperluan saya.
Saya merasakan kalau berkat Tuhan ke keluarga saya begitu besarrr, saya yakin itu karena Dia merestui kerja keras kedua orang tua saya. Pelan-pelan keadaan keluarga mulai naik. Apa yang sebelumnya masih mimpi sekarang sudah bisa dipenuhi. Dulu orang banyak yang mencemooh ketika Papa saya bilang anak-anaknya bisa sekolah di PTN. Alasan papa saya adalah karena PTN itu bagusss dan terjangkau. Saya ingat papa saya pernah bercerita kalau banyak teman yang bilang itu mustahil.
Namun sekali lagi karena kehebatan Mama saya mengelola keuangan, kerja keras dan kepercayaan Papa saya yang besar ke anak-anaknya akhirnya kami semua bisa masuk PTN di Jawa Timur. Mungkin berat sekali bagi Mama saya untuk melepas kami ke luar kota, namun dia tahu kalau anaknya harus belajar mandiri. Mama saya selalu berpesan agar jangan lupa berdoa. Karena Tuhan yang buat segalanya terjadi.
Ketika akhirnya beberapa tahun lalu Mama saya harus berhenti kerja karena perusahaannya bangkrut. Mama saya tidak pernah terpuruk. Ada beberapa perusahaan lain yang menawarkan pekerjaan dan bahkan menawarkan diri jadi dosen sebuah sekolah perhotelan semua ditolak. Untuk perusahaan, rasanya gaji tidak sebanding dengan pekerjaan yang dilakukan. Di rumah tinggal mama dan papa saya, rasanya tidak mungkin kalau mama saya masih harus lembur. Dan untuk menjadi dosen rasanya juga tidak mungkin, karena walaupun punya pengalaman panjang di bidang perhotelan tetapi mama saya hanya lulusan SMK.
Tuhan memang Maha Baik, begitu mama saya berhenti kerja rejeki datang silih berganti. Keuangan keluarga sudah lebih dari cukup.
Mama saya yang sekarang adalah seorang ibu rumah tangga yang aktif berorganisasi. Dia dengan mudahnya masuk dan bersosialisasi dengan pejabat-pejabat kantor papa saya. Bahkan diberi jabatan oleh organisasi ibu-ibu karyawan. Mama saya bukan seorang ibu rumah tangga yang menghabiskan waktu untuk menonton sinetron atau bergosip di telepon. Mama saya yang sekarang adalah orang yang bangun pagi mengurus keperluan papa saya sebelum kerja. Dan kemudian pergi keluar untuk berorganisasi. Dia selalu mengusahakan pulang sebelum papa saya pulang makan siang. Mama saya adalah seorang ibu yang mencoba mengikuti perkembangan jaman. Namun tidak pernah lupa kodratnya sebagai wanita dan seorang ibu. Dan tidak pernah lupa berdoa dan bersyukur. Dia orang yang dulu mencubit saya kalau ribut di gereja dan sekarang "mencubit" saya kalau hidup saya mulai tidak teratur.
I ♥ you Ma. You are the greatest mother in whole world.
Selamat Hari Kartini untuk kalian semua.
Papa dan mama saya terlahir bukan dari keluarga berada. Walaupun sepertinya papa saya adalah keturunan keluarga priyayi. Dan kalo tidak salah di nisan Eyang putri saya ada tulisan RA/RRnya. Tapi mereka bukan orang kaya. Papa saya merantau dari kotanya di Kediri ke Balikpapan untuk mencari nafkah. Keluarga mama saya adalah keluarga yang hidupnya semi nomaden. Mama saya pernah beberapa kali ikut kakaknya yang telah menikah. Sampai akhirnya Mbah kakung saya memutuskan pindah ke Balikpapan meninggalkan pulau Jawa.
Tidak seperti kakak-kakaknya yang menikah muda, mama saya memutuskan untuk bekerja dulu menyenangkan diri sendiri dan orang tuanya sebelum menikah dengan papa saya di umur 23 tahun. Mungkin karena itu di saat-saat akhir kuliah, tidak seperti orangtua lain yang ngejar anaknya supaya cepat nikah. Orangtua saya ngejar saya untuk bekerja (mama) atau melanjutkan kuliah (papa). Karena mereka menganggap sebelum terikat dengan seseorang harus bisa menyenangkan diri sendiri dulu dan kalau bisa menyenangkan orangtua.
Perjuangan papa dan mama saya untuk membesarkan kita tergolong keras. Dengan penghasilan sebagai karyawan yg tergolong baru di tempat masing-masing sudah harus membiayai 3 orang anak yang umurnya berdekatan. Kakak ke saya 23bulan, saya ke adik 17 bulan. Mama saya dituntut untuk mampu mengelola keuangan sedemikian rupa agar cukup bagi keluarga. Dan herannya saya tidak pernah merasakan yang namanya kekurangan. Makan tetap bergizi dan masih dibelikan sesuatu kadang-kadang. Padahal kata mama saya ilmu manajemen keuangan yang paling susah adalah keuangan rumah tangga.
Mama saya dului adalah seorang karyawati yang terkadang suka lembur bila ada acara. Tapi tidak seperti di film atau sinetron. Saya TIDAK PERNAH kekurangan kasih sayang. Saya tetap dekat dengan mama saya, tetap segan dengan dia. Mama saya orang yang hebat, walaupun pulang malam akibat lembur. Masih bisa menyelesaikan PR kesenian saya (satu-satunya pelajaran yang PRnya sulittt ;p) dan besoknya masih bisa bangun pagi menyiapkan keperluan saya.
Saya merasakan kalau berkat Tuhan ke keluarga saya begitu besarrr, saya yakin itu karena Dia merestui kerja keras kedua orang tua saya. Pelan-pelan keadaan keluarga mulai naik. Apa yang sebelumnya masih mimpi sekarang sudah bisa dipenuhi. Dulu orang banyak yang mencemooh ketika Papa saya bilang anak-anaknya bisa sekolah di PTN. Alasan papa saya adalah karena PTN itu bagusss dan terjangkau. Saya ingat papa saya pernah bercerita kalau banyak teman yang bilang itu mustahil.
Namun sekali lagi karena kehebatan Mama saya mengelola keuangan, kerja keras dan kepercayaan Papa saya yang besar ke anak-anaknya akhirnya kami semua bisa masuk PTN di Jawa Timur. Mungkin berat sekali bagi Mama saya untuk melepas kami ke luar kota, namun dia tahu kalau anaknya harus belajar mandiri. Mama saya selalu berpesan agar jangan lupa berdoa. Karena Tuhan yang buat segalanya terjadi.
Ketika akhirnya beberapa tahun lalu Mama saya harus berhenti kerja karena perusahaannya bangkrut. Mama saya tidak pernah terpuruk. Ada beberapa perusahaan lain yang menawarkan pekerjaan dan bahkan menawarkan diri jadi dosen sebuah sekolah perhotelan semua ditolak. Untuk perusahaan, rasanya gaji tidak sebanding dengan pekerjaan yang dilakukan. Di rumah tinggal mama dan papa saya, rasanya tidak mungkin kalau mama saya masih harus lembur. Dan untuk menjadi dosen rasanya juga tidak mungkin, karena walaupun punya pengalaman panjang di bidang perhotelan tetapi mama saya hanya lulusan SMK.
Tuhan memang Maha Baik, begitu mama saya berhenti kerja rejeki datang silih berganti. Keuangan keluarga sudah lebih dari cukup.
Mama saya yang sekarang adalah seorang ibu rumah tangga yang aktif berorganisasi. Dia dengan mudahnya masuk dan bersosialisasi dengan pejabat-pejabat kantor papa saya. Bahkan diberi jabatan oleh organisasi ibu-ibu karyawan. Mama saya bukan seorang ibu rumah tangga yang menghabiskan waktu untuk menonton sinetron atau bergosip di telepon. Mama saya yang sekarang adalah orang yang bangun pagi mengurus keperluan papa saya sebelum kerja. Dan kemudian pergi keluar untuk berorganisasi. Dia selalu mengusahakan pulang sebelum papa saya pulang makan siang. Mama saya adalah seorang ibu yang mencoba mengikuti perkembangan jaman. Namun tidak pernah lupa kodratnya sebagai wanita dan seorang ibu. Dan tidak pernah lupa berdoa dan bersyukur. Dia orang yang dulu mencubit saya kalau ribut di gereja dan sekarang "mencubit" saya kalau hidup saya mulai tidak teratur.
I ♥ you Ma. You are the greatest mother in whole world.
Selamat Hari Kartini untuk kalian semua.