Cerita Lebaran

Untuk semua pembaca blog saya, (kalo ada). Walaupun telat saya ucapin "Selamat Idul Fitri ya, maaf ahir batin". Gimana cerita lebaran kalian? Masak apa aja? Dan pertanyaan pamungkas lebaran ini adalah, "kamu Idul Fitri tanggal berapa?" Kalau cerita lebaran saya di Balikpapan begini nih :

29 Agustus malam
Sampai malam melototin sidang isbat, akhirnya jam 10 malam atau lebih (WITA) baru diputuskan kalau Idul Fitri versi pemerintah itu 31 Agustus. Reaksi pertama, bengong, kemudian ngakak. Bukan apa-apa ya, tapi ANEH BANGET kalau baru diputuskan semalam itu. Padahal yang saya dengar rencana awal rapat itu jam 4 sore. Kenapa jam 8 baru mulai??? Dan kemudian shock karena udah masak buat besok. (FYI, half of my mother's family is moslem including my grand mother). Untung aja cuma masak rawon bukan opor seperti tahun-tahun lalu. 

30 Agustus
Bangun jam 6 pagi, karena merasa lebaran masih besok. Padahal tiap lebaran bangun jam 5 karena bantuin mama masak. Setelah itu pindah-pindahin kasur ke kamar ortu. Lebaran ini semua saudara kandung mama saya kumpul. Jadi kamar saya dan kamar kakak dipakai mereka. Akhirnya kita sekeluarga (5orang) numplek blek di kamar ortu. Untung aja ada AC, kalau gak sudah gak nafas. Puji Tuhan kamar di rumah (dinas) ini besar banget jadi diisi orang 5 (harusnya) gak pengap. Tapi kamar ortu saya yang notabene kamar utama dan harusnya paling besar itu jadi semakin sempit karena diisi 3 lemari besar-besar, meja rias dan 2 meja kecil. I was like, ini kamar apa walk in closet??

Jam 9 pagi papa mama seperti dapat ilham, ya sudah kita lebaran hari ini aja. Wong semua udah pada ngumpul. Akhirnya berebutan mandi, siap-siap dan berangkat ke rumah mbah bareng bude yang udah datang duluan dari Jogja. Sampai rumah mbah cuma beres-beres bentar terus pergi ke rumah (sepupu papa saya), karena mikir ntar aja sungkemannya karena saudara belum lengkap. Sampe rumah pakde makan-makan dong ya, terus dibungkusin kue lagi. Asli keluarga pakde saya ini baik bangetngetnget. Dulu jaman mereka masih susah dan papa saya datang merantau dari Jawa, mereka baik banget. Papa saya dikursusin bahasa Inggris dibantuin ini-itu. Dan ketika papa saya sekarang sudah jauh lebih mapan, gak pernah sekalipun mereka mengungkit-ngungkit ke papa saya dan orang lain. Never! Makanya pergi ke rumah mereka setiap lebaran tidak menjadi kewajiban, tapi karena memang pengen datang.

Terus balik ke rumah mbah while my father and lil sister pergi ke bandara jemput bude saya dari Singosari yang bawa anak mantu dan cucunya dari Surabaya. Keluarga ini salah satu keluarga favorit dan panutan banget. Mereka semua muslim yang taat dan sopan-sopan banget. Dan sepupu saya balik lagi ke airport jemput bude saya yang datang dari Jakarta.
Akhirnya formasi lengkap, semua anak mbah saya kumpul. Puji Tuhan banget, gak pernah terjadi selengkap ini selama bertahun tahun. Singosari datang lengkap beserta cucu mantu, Samarinda juga sama, Jakarta datang sendiri, Jogja juga sendiri, Balikpapan ada 2 keluarga besar, Bunyu pun datang beserta istri dan anak. Dan bisa diprediksi dengan orang sebanyak ini yang terjadi adalah sungkeman drama, pake air mata segala (biasanya enggak :D). Setelah makan-makan terus balik ke rumah.

Terus kita skip sampe malam hari, saudara-saudara semua pada ngumpul di rumah untuk foto keluarga!! Ayeyy!! Mengandalkan SLR dan tripod adek saya mari kita berfoto. Dan keluarga mama saya itu banyak banget yaaa. 7 orang anak belum termasuk istri/suami, cucu dan cicit. Susah banget atur posisi, padahal itu jumlahnya mungkin cuma 75 persen dari jumlah keluarga sebenarnya. Yang terjadi adalah, "gak mau di depan, keliatan gendut", "sebelah sini gak keliatan", "senyum dong" dsb. Riwuh euy. Setelah itu papa saya inisiatif untuk ngajak makan di luar dan kemudian batal aja gitu karena ada takbiran keliling yang mana semua restoran yang kita mau datangin jalannya ditutup aja gitu. Errr *nguyah pasir*

31 Agustus
Pagi-pagi lebaranan dulu ke rumah tetangga, makan bakso, salad dll. Dan kaget karena tau-tau pakde saya (suami bude di Jogja) udah nongol depan rumah. Gak bilang-bilang dan gak minta jemput. Mentang-mentang sering ke rumah dan udah hapal jalan dia. :D 

Terus datang ke open house general manager kantor papa saya bersama 2 keponakan yang lucu. Yang beda dari tahun ini biasanya papa saya bareng keluarga teman-teman kerjanya datang ke rumah GM terus sambung ke manager-manager lain. Tapi tahun ini semua dijadikan satu tempat di rumah dinas GM. Berhubung dekat banget sama rumah saya, cuma beda 5 rumah jalan kaki lah kita ke sana. (ya ampun cuma beda 5 rumah tapi nasib beda banget ya pak :)) ). Sampe sana shock, ini open house apa kawinan, pake band dan mc segala. Dan akward banget, begitu sampe salaman sama GM dan manager beserta istri-istrinya, i told you panjang benerrrrrr yang harus disalamin. Terus makanannya beda lagi sama tahun lalu, kalau dulu ada lasagna, klapertaart, es krim walls, beragam minuman kotak dan buah berlimpah sekarang yang ada lebih Indonesia. Makanan Indonesianya sama dengan tahun lalu, cuma lebih banyak jenisnya. Sayangnya karena tempatnya jauh lebih rame dari tahun lalu dan gak bisa duduk jadi makan cuma sekedarnya aja. Huhh :(( 

Setelah itu saatnya keliling ke rumah saudara-saudara. Pake 3 mobil dan entah berapa sepeda motor. Dalam hati kasian sama saudara yang didatangin sekali datang langsung berapa puluh orang. Hahaha, padahal biasanya datang sendiri-sendiri. Dan saudara saya yang datang dari pulau Jawa kebanyakan keder gak bisa makan banyak. Tradisi Balikpapan kan biasanya menyajikan makanan berat tiap rumah. Dan di kota besar di Jawa kan itu bukan hal biasa. Jadi keburu kenyang mereka. Hahaha.

2 September
Kita berangkat ngunjungin balik bude yang di Samarinda, oh ralat bukan Samarinda tapi Tenggarong. Jadi ya perjalanan Balikpapan - Samarinda itu sekitar 2,5 jam dan jalannya itu tipikal Kalimantan, berbelok-belok, sedikit naik turun dan kanan kiri hutan! Yang bikin miris itu adalah banyak kecelakaan sewaktu perjalanan kita ke sana, entah motor, mobil, pick up. Dan kejadian banyak banget mobil mogok. Saya rasa itu karena gak tau medan dan mobilnya kurang disiapkan. Sampe Samarinda perjalanan lanjut ke Tenggarong sekitar 1 jam, jalannya itu naik turun banget, persis lagu ninja Hatori "mendaki gunung, lewati lembah", tetep ada pohon-pohon dan sedikit jurang. Ngekkk. Mana jalannya ada banyak yang aspalnya ancur pula. 

Sampe di Tenggarong tepatnya di Teluk Dalam rumah pakde saya, saya terpukau. Tempat ini gak sedesa yang saya bayangkan. Soalnya hampir gak pernah ke sana. Punya papa yang harus standby 24 jam dan harus ijin kalau pergi lebih dari 20km dari pabrik walaupun hari libur itu jadi susah ke mana-mana. Ke sanapun papa saya gak ikut, karena gak enak kalau mau ijin padahal gak lebaran. 

Dan rumah pakde saya ini guede buanget, sampai kata sepupu saya "ini kayak rumah bupati teluk dalam". Hahaha. Jadi daerah ini dulu awalnya adalah daerah transmigrasi, jadi bayangkan sendiri gimana. Terus setelah otonomi daerah dsb berkembang banget. Namanya aja bagian dari salah satu kabupaten terkaya di Indonesia, Kutai Kertanegara. Walaupun bukan jadi kota besar tapi untuk daerah yang sedikit di pelosok itu, daerah itu udah lumayan banget.  Kita dikasi makan bakso, sop kepala ikan, pepes ikan patin, ikan mas goreng. Slurppp. Trus jam 4 sore pamit pulang ke Balikpapan. Dan jalanan yang sama itu kalo udah senja dan malam jadi beda banget ya. Jauh lebih nyeremin. Lampu jalan minim banget. Dan hutan itu di malam hari serem kan ya. Puji Tuhan sampai dengan selamat, cuma agak pusing dan mual aja karena jalannya naik turun dan berkelok.


Itu cerita lebaranku, ceritamu apa? Apapun ceritanya, pasti kalau sama keluarga menyenangkan ya. :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments: