Berlebihan? :(

Saya benar-benar bersyukur lahir dan dibesarkan di Balikpapan. Kota ini adalah kota perantauan, hampir semua suku ada di sini. You name it. Semua bahasa daerah dan makanan tradisional dengan mudah ditemukan di tempat ini. Mungkin karena itu warganya punya toleransi bersuku dan beragama yang menurut saya patut ditiru.


Yang mungkin bisa saya jadikan contoh adalah setiap hari besar agama dan suku masing-masing pasti ramai. Natal ramai, lebaran ramai, perayaan setelah Nyepi ramai, imlek ramai, semua deh. Salah satu yang patut dibanggakan dari toleransi beragama adalah ketika gereja merayakan Natal. Keamanan dibantu oleh polisi dan Gepak (Gerakan Pemuda Asli Kalimantan, kalau saya tidak salah menyingkatnya). Polisi dan Gepak itu sebagian besar (atau malah semuanya?) beragama selain Katolik, mostly Islam. Dan kalau ada gamelan di Natal Gereja yang main adalah orang yang bukan Katolik.


Dibesarkan di lingkungan seperti itu membuat saya tumbuh dengan pikiran, semua orang punya rasa toleransi yang sama dan hidup kita pasti damai. Tapi ternyata saya terlalu naif, mimpi saya terlalu tinggi. Dan mimpi saya itu dijatuhkan saat membaca sebuah artikel soal MUI yang menganggap simbol Natal berlebihan (di sini, sini, dan sini). Sungguh rasanya saat baca itu mau nangis. Let me tell you apa rasanya jadi orang minoritas. (postingan ini tanpa maksud buruk hanya ingin orang tahu dari dua sisi, like old man said “ there are two sides of every story.)



Saya menerima kalau libur Natal (Paskah) hanya 1 hari, dan tidak ada cuti bersama seperti hari raya lain yang bisa sampai 5-7hari.


Saya menerima kalau saya hanya bisa mendengar dan melihat acara musik rohani dan film rohani di hari-hari tertentu seperti Natal dan Paskah. Kalaupun ada di hari biasa saya harus menerima bahwa film tersebut diputar bukan di prime time.


Saya menerima bahwa tidak semua teman saya mengucapkan Selamat Natal, karena kepercayaan mereka ada yang tidak memperbolehkan mengucapkan selamat Natal. Padahal setiap hari raya mereka saya selalu mengucapkan selamat.


Saya menerima bahwa saya dan beberapa agama lain sering disebut dengan non-muslim. Bukan non Kristen/Katolik, non Budha, non Hindu, non Konghucu. Perlu saya ingatkan negara kita mengakui 6 agama dan kepercayaan.

Saya menerima kalau saya selama sekolah dari kecil sampai kuliah harus belajar agama terpisah, mostly setelah jam sekolah usai. Tidak di waktu sekolah biasa serpeti agama lain.


Saya menerima kalau dalam 1 bulan dalam setahun saya harus melihat dan menyaksikan tayangan tv yang penuh dengan acara agama lain hampir sepanjang waktu. Ceramah, kultum, sinetron, berita bahkan infotaiment. Sementara untuk agama saya dan beberapa agama lain itu hal yang sangat istimewa kalau saja kami bisa melakukan setengah saja seperti agama itu.


Saya menerima kalau saya masih susah menemukan buku-buku agama saya di toko buku besar.


Tapi yang saya masih belum bisa terima adalah apa begitu sulitnya menerima rumah ibadah baru. Oh please, punya izin resmi, uang untuk membangun kami kumpulkan sendiri bertahun-tahun (!!) bahkan ada yang sampai puluhan tahun hanya untuk bisa punya rumah ibadah sendiri. Kami tidak mengganggu, lebih sering diganggu! Kami punya izin resmi, rumah ibadah sudah berdiri namun hanya dengan selembar penolakan dari (yang katanya) warga, tiba-tiba rumah ibadah kami disegel, diancam preman berkedok agama, dipaksa pindah tempat. Apa kami gak punya hak yang sama sebagai warga negara untuk bisa beribadah dengan bebas. Kami bayar pajak, kami ikut pemilu, kami lakukan semua yang warga negara lain lakukan. Kami Cuma mau tanya, apa guna pemerintah? Apa guna polisi?


Sekarang kalau ada pohon Natal kecil di tiap mall, ada pelayan toko memakai topi sinterklas (FYI, kalau Lebaran hampir semua orang (penjaga toko, penyanyi, artis dll) Islam maupun tidak memakai kerudung mostly untuk menghormati yang Lebaran), kalau ada acara selama 2jam di tv yang menampilkan musik-musik Natal, dan kalau ada film Natal di tv, kalau ada yang mengucapkan selamat Natal lewat spanduk dll. Apa itu berlebihan teman?


Segitu berlebihannya permintaan saya, hanya beberapa hari dalam setahun (bukan sebulan!) saya dimanjakan dengan suasana Natal, saya merasa senang menerima ucapan Natal dari teman, saya bisa beribadah dengan tenang. Itu saja kok. Segitu berlebihannya?


Perayaan Natal berlebihan. -> Are you kidding???

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

5 comments:

kikybunbun mengatakan...

my dear anas...

aku sebagai orang Muslim mengakui bahwa sikap dan tindakan MUI itu amat sangat tidak "bertoleransi".. gak cuma kamu yg merasa agama kamu seperti di ejek-ejek, aku aja yg melihat agama aku meng'ejek-ejek agama kamu atau agama lain ngeliatnya ikut kesel, sedih, dan malu!

sikap marah aku keliatan banget saat sempet ada account twitter yg katanya punya FPI yg mengejek-ngejek agama kamu.. mereka bertujuan mengadu domba banget! dan aku ikut nyesek dan marah baca tulisannya.. dan dlm waktu yg bersamaan, aku langsung menyebarkan di twitter, facebook, dan BBM, untuk jangan langsung terpancing emosi sama omongan-omongan SAMPAH kaya gitu, mending langsung kita block aja! sampe akhirnya gak sampe setengah jam twitternya udah ilang!

di sini aku cm mau menjelaskan bahwa... cuma orang-orang yg fanatatic bodoh yg penuh kebencian, yg melakukan itu semua.. apapun agama mereka!!! seorang Muslim yg waras tidak akan berperilaku MINUS kaya gitu... aku sendiri benci!!! aku sendiri malu!!! apa lagi kalo mau ngomongin teroris, mau nangissss, anas!!! :(

aku pernah pacaran sama orang protestan.. 4th anas! he's my 1st love, yg bikin aku pernah mau bunuh diri... saat perayan natal, aku yg menyodorkan diri mau ikut menghiasi pohon natal dan merasakan malam natal penuh dengan cinta! saat kebaktian, aku suka ikut duduk mendengarkan.. di situlah aku sadar bahwa setiap orang punya kepercayaan masing-masing dan alangkah indahnya bisa hidup berdamai!

kakaknya ibuku juga ada yg pindah Katolik dan tinggal di Belanda yg setiap tahunnya pasti kesini, hidup kita pun damai dan penuh toleransi! jd kmu yg sabar ya anas.. karna jujur, aku sebagai orang Muslim pun sangat-sangat membenci orang-orang yg gak punya otak seperti MUI, FPI, FBR, dan tetek bengeknya... maafin mereka ya anas.. senyum ya kamu skarang.. hari natal sudah hampir tiba lho! :'))

Anastasia mengatakan...

Kiky, terharu baca komenmuuu.
*lap air mata*

Aku tahu kalau emang masih banyak banget orang di luar sana yang juga gak setuju sama pernyataan itu. Masih banyak banget orang di luar sana yang bisa menerima perbedaan.

FYI aja, aku hidup di tengah@ orang Islam. Half of family is Moslem. Lebaran pun gak kalah hebohnya buat keluargaku. Ikut masak, ikut beberes dll.

Makasih banyak yang soal usahamu smsn bbm, twitter en facebook itu. Sangat-sangat menghargai usahamu.

Ahh sekarang sih udah senyum. Karena semua orang ternyata peduli dan perhatian.

Pelajaran Natal tahun ini sangat berarti.:)

anababi mengatakan...

ya setuju, BERLEBIHAN!

btw, selamat natal yah! ;)

Anastasia mengatakan...

Wah, bingung nih ana. yang berlebihan saya atau MUI? :)
Selamat Natal juga :)

ana mengatakan...

ya jelas MUI-nya lahh hihihi :)